Sebelum seorang dokter gigi memutuskan suatu diagnosis pada suatu kelainan
di dalam rongga mulut, dia harus dapat menganalisa, menghubungkan dan
mensintesiskan informasi yang diterima dari hasil anamnesis, hasil pemeriksaan
klinis dan catatan hasil pemeriksaan klinis pada kunjungan-kunjungan
sebelumnya, dan untuk melengkapi informasi yang sudah ada terkadang masih
dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan laboratorium, biopsi,
sitologi dan radiologi. Salah satu bentuk pemeriksaan yang dilakukan beberapa
hal diatas yaitu pemeriksaan radiologi gigi yang dibutuhkan untuk mendeteksi
gigi berlubang, penyakit pendukung gigi, kerusakan periapikal, penyakit sendi rahang
dan trauma gigi dan rahang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan adanya
riwayat penderita pernah mengalami benturan benda keras pada gigi anterior
rahang atas pada beberapa tahun yang lalu apat menyebabkan penyakit kista radikuler
pada gigi tersebut.
Tinjauan Pustaka
Kista pada dasarnya merupakan suatu rongga patologis pada jaringan lunak
ataupun jaringan keras yang dilapisi oleh suatu kapsul atau tidak yang berasal
dari sel-sel epitel dan berisi suatu cairan atau zat semi cair yang umumnya
disebabkan oleh proses radang, trauma, gangguan pertumbuhan (dalam hal ini
dapat berupa suatu kelainan herediter), obstruksi atau retensi pada kelenjar
liur.(1)
Kista yang terjadi akibat trauma disebut sebagai kista traumatik (traumatic
cyst). Trauma ini biasa terjadi akibat benturan/pukulan benda keras, terjatuh,
dan lain-lain. Perjalanan penyakit kista ini cukup lama dan tidak menimbulkan
gejala hingga penderita menyadari adanya pertumbuhan kista akibat trauma yang
pernah dialaminya.(1)Bila kista ini berada pada apeks gigi sebagai lokasi yang paling banyak
ditemukan seringkali diberikan istilah sebagai kista radikuler.(2)
Definisi
Kista radikuler adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang dilapisi oleh epitel dan pusatnya berisi cairan atau zat semi cair dan pertumbuhannya lambat yang terletak pada apeks gigi.(1,3)
Kista radikuler adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang dilapisi oleh epitel dan pusatnya berisi cairan atau zat semi cair dan pertumbuhannya lambat yang terletak pada apeks gigi.(1,3)
Etiologi
Penyebab kista ini disebabkan karena terjadinya trauma pada gigi yang membuat pembuluh darah sekitar akar gigi pecah akibatnya terjadi perdarahan pada daerah sekitar akar kemudian disertai dengan respon radang periapikal yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada pulpa gigi karena suplai makanan terhenti. Proses radang periapikal yang berlanjut terus dapat merangsang sisa-sisa epitel malassez yang biasa dijumpai pada ligamentum periodontal. Sebagai bentuk pertahanan pertama nekrosis pulpa adalah terbentuknya granuloma yang merupakan jaringan granulasi yang akan berlanjut menjadi abses periapikal atau kista radikuler apabila gigi tersebut tidak dirawat dengan cepat.(2-7)
Penyebab kista ini disebabkan karena terjadinya trauma pada gigi yang membuat pembuluh darah sekitar akar gigi pecah akibatnya terjadi perdarahan pada daerah sekitar akar kemudian disertai dengan respon radang periapikal yang akhirnya menyebabkan nekrosis pada pulpa gigi karena suplai makanan terhenti. Proses radang periapikal yang berlanjut terus dapat merangsang sisa-sisa epitel malassez yang biasa dijumpai pada ligamentum periodontal. Sebagai bentuk pertahanan pertama nekrosis pulpa adalah terbentuknya granuloma yang merupakan jaringan granulasi yang akan berlanjut menjadi abses periapikal atau kista radikuler apabila gigi tersebut tidak dirawat dengan cepat.(2-7)
Gejala Klinis
Secara klinis, kista radikuler ini lebih sering tanpa gejala dan berhubungan dengan gigi non-vital. Kebanyakan ditemukan ketika masih kecil pada saat pencabutan gigi, akan tetapi seringkali ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan foto ronsen foto gigi. Suatu kista dapat menjadi cukup besar, sehingga dapat dilihat secara nyata menjadi suatu pembengkakan. Tekanan kista radikuler dapat menggerakkan gigi yang bersangkutan yang disebabkan oleh timbunan cairan kista.(4)
Secara klinis, kista radikuler ini lebih sering tanpa gejala dan berhubungan dengan gigi non-vital. Kebanyakan ditemukan ketika masih kecil pada saat pencabutan gigi, akan tetapi seringkali ditemukan secara tidak sengaja melalui pemeriksaan foto ronsen foto gigi. Suatu kista dapat menjadi cukup besar, sehingga dapat dilihat secara nyata menjadi suatu pembengkakan. Tekanan kista radikuler dapat menggerakkan gigi yang bersangkutan yang disebabkan oleh timbunan cairan kista.(4)
Insiden
Kista radikuler merupakan kista odontogenik yang paling umum terjadi. Kurang lebih 60% dari semua kista pada rahang yang terjadi. Meskipun persentasenya besar tetapi ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Kista ini paling sering ditemukan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah dan paling sering dialami oleh pria dibanding wanita,(1,5-7) serta paling banyak dijumpai pada penderita usia muda yaitu antara 20-40 tahun.(1)
Kista radikuler merupakan kista odontogenik yang paling umum terjadi. Kurang lebih 60% dari semua kista pada rahang yang terjadi. Meskipun persentasenya besar tetapi ukurannya berkisar antara 1-2 cm. Kista ini paling sering ditemukan pada rahang atas dibandingkan rahang bawah dan paling sering dialami oleh pria dibanding wanita,(1,5-7) serta paling banyak dijumpai pada penderita usia muda yaitu antara 20-40 tahun.(1)
Gambaran Radiografis
Secara radiografis, terlihat daerah radiolusen yang berbentuk seperti buah pir atau bulat pada apeks gigi dengan pulpa non-vital yang dikelilingi oleh tepi yang radiopak yang meluas dari lamina dura gigi yang terlibat.(3,6)
Secara radiografis, terlihat daerah radiolusen yang berbentuk seperti buah pir atau bulat pada apeks gigi dengan pulpa non-vital yang dikelilingi oleh tepi yang radiopak yang meluas dari lamina dura gigi yang terlibat.(3,6)
Histopatologis
Terlihat epitel squamous bertingkat dengan banyak penonjolan yang menembus ke dalam jaringan ikat fibrosa di bawahna dan berpoliferasi menuju ke arah keganasan. Perubahan pada dinding kista yang mengarah ke perubahan epitel (ulserasi, atropi, hiperplasia). Ketebalan dinding bervariasi, yaitu permukaan lapisan nampak halus atau kasar. Seringkali ditemukan reaksi inflamasi yang ditandai dengan banyaknya akumulasi limfosit dan sel-sel plasma. Perdarahan dan pelepasan pigmen darah juga sering ditemui.
Terlihat epitel squamous bertingkat dengan banyak penonjolan yang menembus ke dalam jaringan ikat fibrosa di bawahna dan berpoliferasi menuju ke arah keganasan. Perubahan pada dinding kista yang mengarah ke perubahan epitel (ulserasi, atropi, hiperplasia). Ketebalan dinding bervariasi, yaitu permukaan lapisan nampak halus atau kasar. Seringkali ditemukan reaksi inflamasi yang ditandai dengan banyaknya akumulasi limfosit dan sel-sel plasma. Perdarahan dan pelepasan pigmen darah juga sering ditemui.
Bahan dan Metode
Bahan diperoleh secara purposif sampling dengan jenis penelitian deskriptif
dari hasil foto ronsen gigi semua penderita sebanyak 50 orang yang berkunjung
di Laboratorium Radiologi FKG Unhas Makassar, dari tanggal 1 Mei 2004 sampai
dengan 31 Mei 2004.
Kriteria dalam penelitian ini adalah :
1. Semua penderita yang pernah mengalami trauma berupa benturan ataupun pukulan benda keras pada gigi anteriornya pada beberapa tahun yang lalu.
2. Berjenis kelamin laki-laki dan wanita.
3. Usia antara 20-40 tahun.
4. Melihat kondisi gigi : gigi non-vital dan terjadi perubahan warna menjadi keabu-abuan sampai kecoklatan.
5. Perkusi pada gigi : positif.
6. Keadaan gigi ada dengan tanpa gejala, dan ada yang terasa ngilu sampai sakit.
7. Pada palpasi ada yang teraba dan ada yang tidak teraba dengan konsistensi ada yang keras dan lunak.
Kriteria dalam penelitian ini adalah :
1. Semua penderita yang pernah mengalami trauma berupa benturan ataupun pukulan benda keras pada gigi anteriornya pada beberapa tahun yang lalu.
2. Berjenis kelamin laki-laki dan wanita.
3. Usia antara 20-40 tahun.
4. Melihat kondisi gigi : gigi non-vital dan terjadi perubahan warna menjadi keabu-abuan sampai kecoklatan.
5. Perkusi pada gigi : positif.
6. Keadaan gigi ada dengan tanpa gejala, dan ada yang terasa ngilu sampai sakit.
7. Pada palpasi ada yang teraba dan ada yang tidak teraba dengan konsistensi ada yang keras dan lunak.
Hasil
Dari semua rangkaian pemeriksaan yang dilakukan terhadap penderita yang
dikonsul ke Laboratorium Radiologi FKG Unhas Makassar untuk diambil gambar foto
ronsen giginya, sejak tanggal 1 Mei 2004 sampai dengan 31 Mei 2004, maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Dari 50 penderita yang difoto ronsen didapatkan 12 orang yang mempunyai riwayat trauma berupa benturan ataupun pukulan benda keras pada gigi anteriornya.
2. 7 orang berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang berjenis kelamin wanita.
3. 9 orang didiagnosis menderita penyakit kista radikuler.
4. 2 orang didiagnosis menderita penyakit granuloma periapikal.
5. 1 orang didiagnosis menderita penyakit abses periapikal.
1. Dari 50 penderita yang difoto ronsen didapatkan 12 orang yang mempunyai riwayat trauma berupa benturan ataupun pukulan benda keras pada gigi anteriornya.
2. 7 orang berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang berjenis kelamin wanita.
3. 9 orang didiagnosis menderita penyakit kista radikuler.
4. 2 orang didiagnosis menderita penyakit granuloma periapikal.
5. 1 orang didiagnosis menderita penyakit abses periapikal.
Jumlah persentase yang didapatkan pada kasus-kasus dari penelitian ini
adalah :
1. Kista radikuler : 9/50 x 100% = 0,18%
2. Granuloma periapikal : 2/50 x 100% = 0,04%
3. Abses periapikal : 1/50 x 100% = 0,02%
1. Kista radikuler : 9/50 x 100% = 0,18%
2. Granuloma periapikal : 2/50 x 100% = 0,04%
3. Abses periapikal : 1/50 x 100% = 0,02%
Tabel 1. Jumlah kasus dan persentase kasus yang terjadi.
----------------------------------------------------------
No. Diagnosis Jumlah Persentase
----------------------------------------------------------
1. Kista radikuler 9 kasus 0,18%
2. Granuloma periapikal 2 kasus 0,04%
3. Abses periapikal 1 kasus 0,02%
----------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------
No. Diagnosis Jumlah Persentase
----------------------------------------------------------
1. Kista radikuler 9 kasus 0,18%
2. Granuloma periapikal 2 kasus 0,04%
3. Abses periapikal 1 kasus 0,02%
----------------------------------------------------------
Pembahasan
Dari hasil
penelitian yang dilakukan pada 50 penderita yang datang ke bagian Laboratorium
Radiologi FKG Unhas Makassar untuk difoto ronsen giginya, mulai tanggal 1 Mei
2004 sampai dengan 30 Mei 2004, maka didapatkan 12 orang penderita dengan
riwayat pernah mengalami trauma berupa benturan ataupun pukulan benda keras
pada gigi anteriornya beberapa tahun yang lalu dan 9 orang berjenis kelamin laki-laki,
3 orang berjenis kelamin wanita. Dari hasil pemeriksaan foto ronsen gigi dan
pemeriksaan tambahan, maka didapatkan 9 orang dengan kasus kista radikuler atau
0,18%, 2 orang dengan kasus granuloma periapikal atau 0,04%, dan 1 orang dengan
kasus abses periapikal atau 0,02%. Kasus kista radikuler lebih banyak ditemukan
dibandingkan dengan granuloma periapikal maupun abses periapikal, hal ini
disebabkan karena sesuai dengan tipe benturan pada gigi yang dialaminya dan
perjalanan penyakit dari kasus-kasus penyakit tersebut pada saat ditemukan dari
hasil foto ronsen gigi yang dilakukan disertai dengan pemeriksaan tambahan
lainnya. Rerata penderita yang pernah mengalami benturan ataupun pukulan benda
keras pada gigi anteriornya terjadi kurang lebih 1 sampai 15 tahun. Pada kasus
yang ditemukan ada penyakit yang tanpa gejala dan adapula yang sudah bergejala.
Penyakit yang tanpa gejala dikonsul karena sudah terjadi perubahan warna pada
giginya, sedangkan gigi dengan penyakit yang sudah bergejala tentunya dikonsul
ke laboratorium radiologi karena gejalanya yang sakit dan bengkak, disertai
juga dengan perubahan warna pada giginya.
Kista
radikuler ditemukan lebih banyak dialami laki-laki daripada wanita, hal ini
disebabkan karena aktivitas dari laki-laki cenderung lebih aktif, lebih
menerima tantangan, dan kurang hati-hati dibandingkan dengan wanita. Wanita
lebih mementingkan penampilan dan lebih besar perhatiannya terhadap kesehatan
gigi dan mulutnya, sehingga bila terjadi sesuatu pada giginya baik itu karies,
benturan ataupun pukulan langsung memeriksakan giginya ke dokter gigi,
sedangkan pada laki-laki sering mengabaikan hal tersebut malah cenderung
bersikap acuh dan sering menganggap trauma tersebut akan sembuh dengn
sendirinya. Nanti berselang beberapa tahun dan sudah menimbulkan gejala pada
giginya yang pernah mengalami trauma berupa benturan ataupun pukulan benda
keras tersebut baru datang ke dokter gigi untuk memeriksakan dan mendapatkan
perawatan yang lebih lanjut.
Kesimpulan
Dari hasil
penelitian ini disimpulkan bahwa dengan adanya riwayat trauma berupa benturan
ataupun pukulan benda keras pada gigi anterior dapat menyebabkan terjadinya
penyakit kista radikuler pada beberapa tahun yang akan datang dan penyakit
lainnya seperti granuloma periapikal dan abses periapikal, sesuai dengan jenis
trauma yang dialaminya pada gigi tersebut. Kista radikuler lebih banyak
ditemukan dibanding dengan granuloma periapikal dan abses periapikal, hal ini
disebabkan karena perjalanan penyakit kista radikuler yang cukup lama dan umumnya
tudak menimbulkan gejala. Kista radikuler lebih banyak ditemukan pada laki-laki
daripada wanita, karena laki-laki cenderung lebih aktif, tidak takut terhadap
tantangan dan kurang hati-hati dibanding dengan wanita, dan wanita lebih
memperhatikan penampilannya.
Saran
Disarankan
agar setiap penderita yang mengalami trauma pada giginya harus segera
memeriksakan giginya ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan yang baik dan
tepat agar dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang tidak diharapkan
seperti kista radikuler, granuloma periapikal dan abses periapikal, maupun
penyakit lainnya yang lebih parah.